Tips Menanamkan Nilai Agama Pada Anak
Cara Menanamkan Nilai Agama pada Anak-anak – Indonesia yang kental akan nilai bermacam-macam budaya dan agama, seiring perkembangannya nilai-nilai tersebut mulai tidak dirasakan dalam kehidupan sehari-hari terutama nilai agama. Untuk menanamkan nilai agama sudah seharusnya dilakukan semenjak anak usia dini, dengan menanamkan nilai agama pada anak kelak di kemudian hari generasi yang akan tiba mempunyai kematangan moral yang positif, kemudian apa saja tips untuk menanamkan nilai agama pada anak-anak.
Biasakan mendengarkan lantunan ayat suci semenjak anak dalam kandungan
Banyak orang renta mencoba mencari cara biar anak menjadi cerdas semenjak anak berada dalam kandungan, salah satunya yaitu mendengarkan musik klasik. Hal tersebut memang sangat disarankan oleh para pakar bayi dan anak, akan tetapi terkadang kita lupa untuk mencari pengimbang kepada anak ataupun bayi yang seharusnya juga semenjak dalam kandungan sudah mulai dikenalkan atau didengarkan lantunan ayat-ayat dari kitab suci, selain itu dapatmenenangkan hati seorang ibu yang mengandung juga akan berdampak kepada kandungannya sendiri.
Ketentraman hati serta kenyamanan dalam mendengarkan ayat-ayat suci sangat baik untuk kedua jiwa yang ada didalamnya yaitu anak dan ibu yang mengandung. Dengan adanya rasa nyaman dan hening lantaran mendengarkan ayat suci, janin yang berada dalam kandungan pasti akan menjadi generasi yang berpengaruh dalam naluri keagamaannya kelak. Lantunan ayat suci bukan hanya sebagai penguat jaringan kerohanian secara psikologi akan tetap juga akan membuat kita terutama ibu yang sedang mengandung dalam keadaan yakin bahwa ada yang menyertai beliau ketika mengandung yaitu nilai amanah terhadap kandungannya.
Biasakan mengucapkan salam ketika masuk atau keluar dari rumah
Dunia anak merupakan dunia yang sangat arif meniru, lantaran pada fase tersebut anak menggandakan apa yang mereka lihat tanpa mereka pertimbangan yang biasa kita lakukan. Makara alangkah baiknya lakukan perbuatan yang layak anak tiru sehingga dengan perbuatan-perbuatan baik tersebut, anak sanggup menggandakan hal-hal positif.
Memberi salam termasuk didalamnya, memberi salam merupakan perbuatan saling mendoakan antara sesama. Dengan mempraktekan member salam ketika kita akan keluar rumah ataupun masuk rumah, secara otomatis anak akan melaksanakan hal yang sama menyerupai apa yang kita lakukan, walaupun anak belum mengerti arti dan makna dari apa yang mereka lakukan.
Dengan penyesuaian memberi salam, ada saatnya kita juga memberi pengetahuan arti dan mengapa kita melaksanakan perbuatan tersebut, sehingga anak akan semakin mendalami alasan mengapa anak ataupun kita harus melaksanakan sumbangan salam ketika kita akan masuk maupun keluar dari rumah. Dengan demikian penanaman agama secara tidak pribadi kita berikan kepada anak-anak.
Biasakan anak mencium tangan orang yang lebih cukup umur darinya
Entah lantaran perkembangan zaman atau percampuran kebudayaan, banyak kita temukan anak tidak atau kurang terbiasa untuk menghormati orang yang lebih dewasalewat mencium tangan orang yang lebih cukup umur darinya.
Mencium tangan merupakan salah satu praktek dalam menghormati orang yang lebih dewasa, tidak sedikitkita temukan belum dewasa enggan untuk mencium tangan orang yang lebih cukup umur darinya, kalaupun ada, belum dewasa hanya menempelkan pipi mereka kepada orang yang lebih cukup umur darinya tanpa terkeculi kepada orang tua.
Memang tidak ada yang salah dalam perbuatan ini, tapi amat disayangkan kalau mencium tangan beralih dengan menempelkan pipi. Jika kita bisa maknai dari mencium tangan itu sendiri yaitu bahwa kita menghormati serta menghargai orang yang kita cium tangannya, kita bisa ambil rujukan kalau kita bertemu pemuka agama sudah pasti kita akan mncium tangan mereka atau kita bertemu dengan orang kita hormati sepeti guru, sudah barang tentu kita akan mencium tanggan mereka lantaran bentuk penghargaan dan penghormatan kita terhadap mereka.
Kebudayaan mencium tangan yang berganti dengan menempel pipi ke tangan orang yang lebih dewasa, amat sangat disayangkan, lantaran kita sendiri diajarkan untuk menghormati orang yang lebih cukup umur dengan mencium tangan mereka. Jika hal ini terus terjadi maka kebuyaan mencium tangan akan tergeser dengan kebudayaan menempel pipi ke tangan orang yang lebih dewasa.
Mencium tangan merupakan praktek menghargai serta menghormati orang yang lebih dewasa, kalau praktek tersebut tidak kitaajarkan semenjak anak usia dini, tidak menutup kemungkinan anak-akan mempunyai moral yang kurang menghargai terhadap orang yang lebih cukup umur ataupun terhadap orang tua. Penanaman praktek mencium tangan ini sedah semestinya menjadi pecahan utama dalam cara kita untuk medidik anak biar lebih mempunyai sifat menghargai orang lain, dan kelak anak akan menjadi generasi yang mengharagai sesama tanpa pandang bulu.
Ajak anak ketempat ibadah
Walaupun kita tahu anak masih belum bisa melaksanakan hal menyerupai beribadah dengan tepat dan khusuk, akan tetapi sangat baik kalau kita mengenalkan temapt ibadah agama kita kepada anak semenjak usia dini. Dengan pengenalan daerah ibadah melalui cara mengajak anak beribadah di daerah ibadah secara tidak pribadi psikologi anak akan tertanam nilai keagamaan.
Dengan penanaman nilai keagamaan tersebut, anak akan berguru serta akan banyak tanya ihwal hal-hal yang mereka lihat dan temukan di daerah ibadah tersebut. Dengan begitu anak akan lebih mendalami ihwal norma agama berdasarkan apa yang mereka lihat, bukan hanya berdasarkan buku ihwal agama ataupun lainnya.
Selain dari itu anak juga akan banyak berguru dari apa yangmereka dengar di daerah ibadah tersebut, menyerupai bacaan yang dibaca ketika beribadah dan sebagainya. Sangat jarang kita temukan orang renta mengajak anak untuk berkunjung ke daerah ibadah, kecuali pada hari-hari besar agama tertentu saja, menyerupai hari raya idul fitri, hari raya natal dan hari raya besar agama lainnya.
Ibadah yang merupakan kewajiban setiap insan untuk pendekatan diri kepada sang penciptan, sudah selayaknya juga kita mengenalkan daerah ibadah tersebut kepada anak-anak. Tidak sedikit anak yang ketika mereka memasuki masa pra sekolah mauun masa sekolah, dan menemukan pembahasan ihwal daerah ibadah mereka kurang memahami hal tersebut, atau bahkan untuk mereka temapt ibadah merupakan hal gres buat mereka, hal ini disebabkan lantaran kita jarang atau tidak pernah mengajak anak untuk beribadah di daerah ibadah.
Kebanyakan anak generasi kini lebih mengenal daerah bermain atau pun daerah tamasya dibandingkan daerah ibadah tersebut, kalau kita telusuri akar permasalahannya bukan lantaran anak tidak mengasihi agama mereka akan tetapi lebih kepada bagaimana kita kurang mengenalkan daerah ibadah kepada anak semenjak mereka berusia dini.
Ajarkan anak selalu berdoa ketika memulai dan selesai melaksanakan kegiatan
Hal kecil tapi berdampak sangat besar terhadap tumbuh kembang anak, salah satunya yaitu pendidikan berdoa. Berdoa merupakan salah satu cara kita dalam mengingat serta mensyukuri atas apa yang kita dapatkan di kehidupan ini, dengan penanaman berdoa kepada anak ketika akan melaksanakan maupun sesudah mengerjakan kegiatan pasti kita akan mendapat norma-norma yang faktual terhadap tumbuh kembang anak hingga mereka cukup umur nanti.
Dengan mendidik anak untuk berdoa setiap memulai dan selesai melaksanakan kegiatan, anak akan terbiasa untuk mengingat anugerah yang mereka sanggup serta anak akan menjadi individu yang mempunyai rasa syukur, sehingga kalau suatu ketika mereka berada dalam kesusahan, mereka tidak akan gampang dalam menyalahkan orang lain lantaran kesulitan atau kesusahan yang mereka hadapi dalam kehidupan mereka.
Ajak anak beribadah di rumah
Beribadah merupakan kewajiban yang harus dilakukan setiap insan tanpa terkecuali anak, akan tetapi anak tidak akan mengenal ibadah kalau anak tidak melihat kita melaksanakan ibadah. Makara sangat penting mendidik anak dengan memberi rujukan bukan memperlihatkan mereka teori ataupun bacaan.
Sedikit kemungkinan terjadi kalau kita sebagai orang renta jarang beribadah, anak akan mempunyai impian beribadah yang kuat. Karena dunia anak merupakan dunia peniru yang sangat handal, jadi ada baiknya kita memperlihatkan praktek ibadah dengan rujukan dari kita sendiri mempraktekkan ibadah dalam keseharian kita menyerupai shalat lima waktu.
Dengan melihat praktek yang kita berikan kepada anak dalam keseharian terutama beribadah, pasti anak akan mempunyai rasa ingin tau yang sangat tinggi untuk menggandakan apa yang kita lakukan. Hal ini merupakan cikal bakal penanaman keagamaan terhadap diri anak tersebut, dengan melihat anak akan meniru, dengan menggandakan anak akan terbiasa. Begitu sekiranya alur yang akan terjadi kalau kita membiasakan praktek beribadah dalam kehidupan keseharian kita, sehingga nilai-nilai agama akan tertanam dan menempel kepada diri anak.
Ceritakan kisah tauladan kepada anak
Dunia anak yang umumnya sangat suka dengan sebuah cerita, maka ada baiknya kita gunakan hal tersebut sebagai salah satu cara untuk menanamkan nilai agama kepada anak. Kisah-kisah tauladan yang kita ceritakan kepada anak, merupakan cara pendekatan psikologi anak kepada nilai-nilai agama yang sudah seharusnya ditanamkan semenjak anak usia dini.
Dalam memperlihatkan dongeng kepada anak, ada baiknya gunakan buku-buku yang mengandung gambar sehingga akan memudahkan anak dalam mencerna setiap dongeng yang ada terutama kepada anak usia dini atau anak pra sekolah. Gambaradalah media pendukung sebuh dongeng yang akan membuat anak lebih tertarik dan menghindari dari rasa bosan mereka. Selalu gunakan kalimat yang gampang anak mengerti dalam memberikan sebuah kisah tauladan tersebut, sehingga akan memudahkan anak dalam mencerna dan memahami arti dan makna dari sebuah dongeng yang kita sampaikan.
Biasakan anak untuk berbagi
Terkadang kegiatan ini kita anggap hal yang gampang akan tetapi bahwasanya menyebarkan akan sangat sulit untuk anak kalau kita membiasakan mereka dengan menuruti semua impian mereka tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan oleh perbuatan tersebut. Banyak dari orang renta secara tidak sengaja membiarkan anak untuk tidak mempunyai rasa kebersamaan dengan mengajarkan anak untuk berbagai. Kita bisa ambil contoh, terutama ketika dalam keluarga tersebut hanya terdapat anak tunggal. Orang renta akan melaksanakan apapun yang anak inginkan, dengan dasar ingin membahagiakan anak terkadang membuat para orang renta lupa akan hal dan dampak yang akan ditimbulkan dari perbuatan tersebut.
Lalu apa kaitannya pendidikan agama dengan berbagi, kalau ditelusuri dengan seksama nilai keagamaan bahwasanya dilandasi dari nilai sosial yang tinggi. Karena setiap agama sangat menghargai sesama dan menyebarkan merupakan salah satu pecahan dari itu. Dengan penanaman nilai-nilai sosial kepada anak, otomatis anak akan bisa menghargai sesama, tanpa penanaman nilai sosial yang tinggi kepada anak, kelak kita akan mendapati anak kita akan melaksanakan segala hal untuk sanggup memenuhi kebutuhan dan impian mereka.
Kenalkan anak dengan senyum dan ramah-tamah
Senyum itu yaitu ibadah, jadi ada baiknya kita mengenalkan ramahtamah tanpa terkecuali senyum. Pengenalan ramahtamah termasuk senyum kepada anak semenjak anak berusia dini, akan membuat anak menjadi sosok yang baik dan ramah terhadap sesama. Jadi ada baiknya kita sebagai fasilitator dalam tumbuh kembang anak, memberian rujukan keramah tamahan tersebut sehingga anak akan menggandakan dan mempraktekan prilaku tersebut dalam kehidupan anak-anak.
Senyum merupakan pecahan dari apa yang diajarkan oleh setiap agama, jadi penanaman agama tidak harus terus menerus berbicara ihwal penghafalan daerah ibadah, penghafalan ayat-ayat suci dan sebagainya. Agama secara universal bisa dipraktekkan dengan norma-norma faktual yang akan membuat anak mengerti arti dari penghargaan terhadap sesama. Seperti kita ketahui bersama bahwa agama mengajarkan dua hubungan, yaitu kekerabatan vertikal dan horizontal, dimana kekerabatan vertikal sering diidentikkan dengan insan dengan sang penciptanya, sedangkan kekerabatan horizontal merupakan kekerabatan antar sesama.
Makara keramahtamahan yang kita tanamankan berupa keutamaan dalam berafiliasi secara horizontal, dengan begitu anak akan mempunyai norma agama yang faktual sehingga kedepannya anak akan menjadi generasi yang sanggup menghargai serta mempunyai rasa empati yang tinggi.
Norma-norma agama yang kita tanamkan kepada anak termasuk anak usia dini, ada baiknya dilakukan dengan cara learning by doing, bukan hanya berdasarkan dari mengacarakan dengan cara teori saja. Praktek penanaman nilai agama melalui praktek yang kita contohkan dalam kehidupan kita sehari-hari akan lebih membuat anak menyenangi serta mendalami pendalaman tersebut, dibandingkan kita harus menitikberatkan kepada teori penanaman agama yang kita ajarkan kepada anak.
Penanaman agama semenjak anak usia dini sangat perlu lantaran hal tersebut merupakan pencegahan dan pembekalan anak untuk menghadapi perkembangan zaman yang serba canggih ini, dimana percampuran kebudayaan serta norma-norma yang terkadang kurang sesuai dengan agama dan kebudayaan yang kita jalani. Terutama berkenaan dengan mudahnya info serta segala hal yang berkaitan dengan perubahan tingkah laris anak yang bisa dipengaruhi dari aneka macam sumber menyerupai dunia internet dan hal tersebut sulit untuk kita saring, jadi kita harus arif dalam membuat tips maupun cara menanamkan nilai agama kepada belum dewasa sebagai bekal anak dalam menjalani kehidupan mereka kelak.
Sumber: Dok. http://blogduniaanakindonesia.blogspot.com |
Semoga dengan goresan pena ini, kita bisa memperlihatkan hal terbaik untuk tumbuh kembang anak dalam membentengi mereka terhadap imbas yang kurang baik yang didampakkan oleh perkembanagn zaman menyerupai kini ini, dan final kata dari goresan pena ini, semoga bukan hanya penulis saja yang merasa bahwa penanaman agama kepada generasi penerus kita yaitu belum dewasa HARUS memiiki norma agama yang seharusnya sudah mereka kenal dari usia dini, seiring dengan sangat banyaknya kita ketemukan belum dewasa lebih menyukai hal kedewasaan yang selakyaknya mereka belum kenal di usia mereka. Seperti kita temukan belum dewasa lebih berpakaian cukup umur dibandingkan usia mereka, belum dewasa sudah mengenal pacaran, belum dewasa lebih suka membentak orang tuanya dan lebih patuh kepada pacar mereka, dan lebih diperparah lagi bahwa pergaulan bebas bukan lagi hal yang tabu bagi mereka. Dari kemirisan inilah penulis mencoba untuk menulis ihwal cara penanaman nilai agama pada anak yang semoga sanggup bermanfaat bagi pengunjung dari blogduniaanakindonesia.blogspot.com.
Demikian goresan pena ihwal ‘Tips Menanamkan Nilai Agama Pada Anak’, semoga sanggup memperlihatkan komplemen referensi ihwal cara bagaimana menanamkan nilai agama kepada anak terutama semenjak usia dini. Terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca goresan pena yang terdapat pada blogduniaanakindonesia.blogspot.com. Jika ada pembahasan yang terlewat dari topik ini silahkan tambahkan pada kotak komentar, dan kalau anda suka dengan goresan pena ini silahkan bagikan melalui tombol media umum yang terdapat pada blog ini.
0 Response to "Tips Menanamkan Nilai Agama Pada Anak"
Post a Comment