Perkembangan Psikologi Anak Menurut Teori Para Ahli
– Setiap orang bau tanah sudah niscaya mengharapkan anak-anaknya mendapat tumbuh kembang yang positif baik secara fisik maupun dari segi kejiwaan, untuk memahami perihal perkemabangan anak terutama berkaitan dengan psikologi anak, ada baiknya kita melihat tumbuh kembang psikologi anak dari segi teori yang dikemukakan oleh para ahli.
Teori psikoanalisis yaitu proses perkembangan yang berlangsung tanpa disadari atau unconscious, umumnya selalu diwarnai dengan tingkatan emosi anak. Teori ini memang membicarakan perihal bagaimana pengalaman serta impian seorang anak dalam mendapat pengetahuan secara kejiwaan akan tetapi perkembanagan ini tidak dilakukan dengan sengaja atau dengan kesadaran diri. Hasil dari perkembangan ini berdampak kepada anak alasannya yaitu hasrat serta impian anak semata.
Teori psikoanalitik ini dipelopori oleh tokoh-tokoh menyerupai :
Teori yang dikemukakan oleh Erikson, melihat perkembangan anak berdasarkan impian maupun hasrat untuk berinteraksi serta bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Keinginan maupun hasrat untuk berinteraksi ataupun bersosialisasi tanpa dissadari akan membantu tumbuh kembang anak dalam tingkatan emosional, dimana anak akan mempunyai rasa tenggang rasa dan simpati terhadap rekan anak tersebut.
Adapun teori Erikson ini dikelompokkan menjadi delapan tahap perkembangan anak:
Tahapan ini terjadi dari awal anak gres lahir sampai anak berusia 18 bulan, ditahapan ini Erikson menyatakan bahwa tingkat kepercayaan ataupun ketidakpercayaan anak tergantung bagaimana kita memperlakukan anak, sehingga akan mengakibatkan kepada tingkat tust atau mistrust anak terhadap apa yang memperlakukan anak tersebut.
Ditahapan ini akan berdampak kepada perkembanagan anak sampai mereka sampaumur nanti atau dalam jangka waktu yang panjang, jadi pada tahapan ini anak akan mempercayai setiap orang yang memenuhi setiap kebutuhannya, sehingga nilai kepercayaan anak terhadap orang tersebut akan secara tanpa disadari akan tumbuh dengan sendirinya dan begitu juga sebalaiknya, bila anak mengalami hal-hal yang mereka tidak inginkan dari perlakuan kita maka tingkat ketidakpercayaan anak akan tumbuh dan lebih memungkinkan akan terbawa dalam rentan waktu yang lama.
Tahapan ini berlangsung sehabis melewati tahapan perkembangan kepercayaan vs ketidakpercayaan, yaitu ketika anak berusia 18 bulan sampai tiga tahun. Pada tahapan ini berdasarkan Erikson bahwa bila anak mendapatkebebasan untuk mengeksplorasi imaginasi serta ekspresi diri anak, maka nilai kepercayaan diri ataupun otonomi anak akan meningkat. Sehingga anak sanggup menemukan jati diri mereka dalam dunia bawah umur tersebut, dan berdampak kepada psikologi anak terutama dalm segi berani melaksanakan hal-hal yang mereka inginkan, ataupun berani mengungkapkan apa yang bawah umur ingin tahu tanpa ragu dan takutmengungkapkannya kepada orang yang mereka anggap mereka percaya. Akan tetapi akan berbanding terbalik terhadap perkembangan psikologi anak bila kita membatasi anak dalam mengeksplorasi imaginasi mereka serta membatasi anak dalam melaksanakan hal-hal yang anak inginkan, hal ini akan berdampak kepada tingkat ketidakpercayaan diri anak, serta anak akan ragu serta takut dalam melaksanakan segala hal alasannya yaitu keterbatasan yang diberikan oleh orang bau tanah mereka.
Kaprikornus ada baiknya sebagai orang tua, mendukung serta membimbing anak ketika memasuki tahapan ini. Jikapun ada hal serta perlakuan yang akan berdampak kepada hal-hal yang membahayakan anak, disinilah tugas penting kita sebagai fasilitastor untuk terus memonitoring perkembangan anak sehingga mempunyai impian untuk mengeksplorasi serta mengimplemantasi setiap imaginasi mereka melalui dunia anak terebut.
Pada tahapan ini sangat perlu bagi kita untuk menawarkan klarifikasi yang sederhana kepada anak bila anak melaksanakan hal-hal yang berbahaya untuk keselamatan mereka, tanpa harus memarahi mereka ataupun membatasi mereka. Dengan begitu anak akan mempunyai keberanian serta kepercayaan diri dalam mempertanyakan hal-hal yang mereka ingin ketahui.
Tahapan perkembangan ini, berdasarkan Erikson akan berlangsung pada masa pra sekolah atau pada anak usia 3 tahun sampai 6 tahun. Pada tahapan ini anak akan melaksanakan segala sesuatu atas dasar rasa ingin tau mereka dengan mencoba hal-hal gres berdasarkan inisiatif. Perkembangan ini akan berdampak kepada tumbuhnya rasa tanggung jawab yang akan dimiliki oleh anak tersebut, jadi tidak heran bila kita menemukan anak kita yang memasuki usia perkembangan ini sangat aktif dan terkadang berada diluar kontrol.
Hal ini merupakan hal yang sangat wajar, jadi sebagai orang bau tanah dibutuhkan monitoring atas apa yang mereka lakukan akan tetapi tidak melarang. Monitoring ini mempunyai tujuan untuk mengarahkan anak atas perbuatan yang mereka lakukan, kita bisa ambil pola ketika anak sudah mulai bisa memakai sepeda, terkadang anak bermain sepeda dengan inisiatif menyerupai menanjakkan sepeda ke halaman rumah, atau bermain sepeda dengan kebut-kebutan, hal tersebut mereka lakukan tanpa memikirkan akan dampak yang akan ditimbulkan dari perbuatan tersebut. Terkadang mereka akan mengalami jatuh dari sepeda alasannya yaitu akhir dari yang mereka lakukan, nah disini tugas penting kita dibutuhkan, bahwa menawarkan pengertian kepada anak bahwa bila jatuh dari sepeda yaitu sakit bahkan sampai luka.
Dalam menawarkan kode akan dampak yang mereka perbuat ada baiknya lakukan dengan kalimat sederhana, menyerupai ketika mereka jatuh dan terluka ada baiknya kita bertanya ke mereka perihal bagaimana jatuh dan apa yang dirasakan dari akhir jatuh tersebut, kemudian kita masukkan kalimat pencegahan supaya anak tidak mengulangi perbuatan tersebut, sehingga anak akan lebih bertanggung jawab akan apa yang mereka perbuat.
Perlu diketahui bahwa anak yang terlalu berinisiatif, maka anak tersebutcenderung tidak akan memperdulikan bimbingan yang diberikan kepada anak, begitu juga sebaliknya bila anak mempunyai persaan terlalu bersalah, maka anak akan pasif dan tidak melaksanakan hal yang seharusnya dilakukan pada tahapan ini, alasannya yaitu anak tersebut berusaha untuk menghidar dari melaksanakan kesalahan. Kaprikornus sangat penting kita memiiki pola asuh yang bijak dalam menghadapi tahapan perkembangan menyerupai ini.
Tahapan perkembangan ini, sanggup berlangsung ketika anak berusia 6 tahun sampai 12 tahun atau bisa diketegorikan ketika anak masuk usia sekolah dasar. Pada perkembangan ini anak akan mempunyai semangat yang tinggi untuk menyebarkan energi mereka untuk mengasah intelektual serta imaginasi mereka, disini tugas penting yang harus dilakukan oleh orang bau tanah yaitu menawarkan motivasi serta dorongan supaya anak mempunyai prestasi menyerupai yang mereka inginkan.
Energi serta semangat yang mereka sanggup dari motivasi serta dorongan tersebutlah yang akan berdampak kepada prestasi-prestasi yang sangat positif, dan sangat tidak perlu untuk membandingkan anak dengan teman sebayanya walupun dalam sebuah keahlian khusus sekalipun. Karena bila hal tersebut terjadi energi serta semangat dari anak akan menurun bahkan berakibat kepada rasa rendah diri mereka dengan semua yang kita bandingkan.
Butuh kearifan dalam memompa motivasi ataupun bentuk dukungan sehingga anak mempunyai energi serta semangat dalam pengembangan diri mereka terutama dalam hal prestasi tersebut.
Pada tahapan perkembangan ini, berdasarkan Erikson akan terjadi ketika anak berusia 12 tahun sampai 18 tahun. Tahapan ini bisa dikatakan sebagai tahapan masa anak memasuki sekolah menengah sampai atas, pada masa ini merupakan tahapan peralihan masa anak menuju masa dewasa. Pada umumnya anak akan melaksanakan segala hal untuk mendapat jati dirinya, masa perkembanagn ini merupakan masa yang paling rawan terhadap prilaku anak, alasannya yaitu anak akan melaksanakan banyak hal baik itu dalam segi positif maupun segi negatif agarmendapat legalisasi dari kelompok maupun lingkungan sekitarnya.
Dalam tahapan ini kontroling serta monitoring orang bau tanah sangat dibutuhkan melalui komunikasi yang terbuka dan menciptakan anak merasa ada penghargaan diri, dengan demikian setidaknya anak akan terbuka kepada kita atas segala hal yang dijalani. Banyak kegagalan yang kita hadapi dari tahapan ini yang mengakibatkan anak mempunyai abjad yang negatif, dan bersembunyi dibalik orang bau tanah mereka. Hal ini dikarenakan kurang ada ikatan jalinan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, sehingga anak akan mencari legalisasi diri mereka tanpa bisa kita monitor.
Apalagi dengan perkembangan zaman menyerupai kini ini, banyak kita temukan bawah umur sudah mulai merokok, mulai berpacaran melewati batas kewajaran, sampai hal-hal yang bersifat negatif. Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan anak pada masa ini juga banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi menyerupai mudahnya dalam pengaksesan internet, sehingga anak gampang mendapat rujukan yang terkadang akan menjerumuskan mereka tanpa mereka sadari dampak yang akan ditimbulkan dari perbuatan mereka.
Dari tahapan-tahapan diatas, Erikson juga mengungkapkan 3 tahapan selanjutnya yaitu, tahapan masa muda sampaumur yang akan belangsung pada usia 18 tahun sampai 30 tahun, tahapan masa sampaumur menengah yang akan berlangsung pada usia 30 tahun sampai 65 tahun dan tahapan sampaumur tamat yang akan berlangsung pada usia 65 tahun keatas.
Menurut Sigmund Freud, kemunculan setiap tahapan psikoseksual dan sebagaian bentuk dari prilaku yang terjadi di setiap tahapan dikendalikan oleh faktor-faktor genetik, sedangkan isi dari tahapan-tahapan tersebut berbeda –beda tergantung kepada kebudayaan daerah terjadinya perkembangan tersebut.
Sigmund Freud beropini bahwa pada perkembangan anak mencakup tahapan-tahapan psikoseksual seperti:
Tahapan ini terjadi pada semenjak anak lahir sampai anak berusia 1 tahun, pada perkembangan ini anak akan mencicipi kenikmatan yang bersumber dari mulutnya, dan sumber kenikmatan yang didapat bisa berupa makanan yang diberikan kepada anak. Menelan serta menggit yaitu bab dari kenikmatan yang dirasakan anak pada tahapan psikoseksual oral ini, dan masa perkembanagn ini sangat membutuhkan santunan atau ketergantungan terhadap orang lain.
Tahapan ini terjadi ketika anak berusia 1 tahun sampai 3 tahun, pada masa atau tahapan perkembangan ini lanjuta dari tahapan oran dimana anak akan memilih perihal pengaturan atas suatu inpuls instingtual oleh pihak lain. Seperti pola anak akan melaksanakan reflex terhadap sisa makanan yang menumpuk di bab ujung bawah dari usus dan akan dikeluarkan apabila terjadi tekanan terhadap otot lingkar dubur. Pembiasaan akan kebersihan ini akan mempunyai efek terhadap pembentukan sifat-sifat dan nilai-nilai khusus.
Tahapan ini akan berlangsung pada ketika anak berusia 3 tahun sampai 5 tahun, tahapan ini merupakan tahapan perkembangan kepribadian yang menjadi sentra dari dinamika perasaan-persaan seksual dan agresifitas yang banyak berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genetikal.
Tahapan ini terjadi pada anak usia sekolah dasar yaitu ketika anak berusia antara 5 atau 6 tahun sampai 12 tahun. Anak yang memasuki tahapan ini akan mengalami masa awal puberitas, dimana pada tahapan ini merupakan masa tertahannya dorongan seks secara agresif. Selama memasuki tahapan ini anak akan menyebarkan kemampuannya dalam prestasi.
Pada tahapan ini bisa dikatakan sebagai tahapan anak memasuki remaja, dimana anak akan mendapat kepuasan dari stimulasi dan manupulasi dari tubuhnya sendiri. Sehingga pada masa tersebut banyak kita dapati anak sudah mulai mengerti dengan dunia perawatan dan penampilan, dengan tujuan kepuasan diri sendiri serta menarik perhatian dari orang lain.
Bahkan dalam media sosial, tidak sedikit kita temukan anak pada masa perkembangan ini dengan besar hati memperlihatkan kemolekkan badan mereka serta gaya berpacaran yang bahwasanya tidak atau kurang sesuai dengan kebudayaan leluhur kita. Disini tugas penting orang bau tanah untuk memonitoring lebih intensif serta membuka kedekatan terhadap anak, sehingga hal-hal yang kita tidak inginkan tidak terjadi kepada anak kita.
Kognitif merupakan salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan, dimana proses intelektual yang terdiri dari tahapan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, serta sintesa menghasilkan kemampuan rasional anak. Teori perkembangan anak ini merupakan kebalikan dari teori psikoanalsisi. Teori kognitif ini mendeskripsikan proses perkembangan yang berlangsung dengan disadari atau conscious, dan teori ini umumnya dibagi menjadi:
Pada teori ini, anak akan berusaha membangun pemahaman perihal dunia mereka melalui tahapan-tahapan berdasarkan usia mereka, seperti:
Teori ini dikembangkan oleh Lev Vygotsky (1896-1934), dan teori ini banyak menekankan kepada bagaimana proses perkembangan mental menyerupai ingatan, perhatian dan daypikir yang melibatkan pembelajaran yang anak temukan berdasarkan lingkungannya. Dalam artian bahwa Lev Vygotsky beropini bahwa perkembangan anak sebagai aspek yang tidak terpisahkan dari acara sosial dan budaya.
Perkembangan anak secara kognitif sosio budaya lebih banyak menekankan kepada tugas orang sampaumur serta orang lain dalam mempermudah perkembangan si anak. Dimana perkembangan ini banyak menitik beratkan kepada bagaimana anak mempunyai ingatan perihal apa yang di sanggup dari lingkungan sekitar.
Teori kognitif sosio budaya agak sedikit mempunyai perbedaan dibandingkan teori kognitif Piaget, alasannya yaitu berdasarkan Lev Vygotsky perkembangan kognitif anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa, sedangkan berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget menyatakan bahwa anak akan menjelajahi dunianya sendiri serta sanggup membentuk citra realita batinnya sendiri.
Demikian goresan pena perihal ‘Perkembangan Psikologi Anak Berdasarkan Teori para Ahli’, semoga sanggup menawarkan komplemen rujukan perihal perkembangan anak berdasarkan pakarnya. Terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca goresan pena yang terdapat pada blogduniaanakindonesia.blogspot.com.
Perkembangan Psikologi Anak |
Teori Perkembangan Psikologi Anak Berdasarkan Teori Psikoanalisis
Teori psikoanalisis yaitu proses perkembangan yang berlangsung tanpa disadari atau unconscious, umumnya selalu diwarnai dengan tingkatan emosi anak. Teori ini memang membicarakan perihal bagaimana pengalaman serta impian seorang anak dalam mendapat pengetahuan secara kejiwaan akan tetapi perkembanagan ini tidak dilakukan dengan sengaja atau dengan kesadaran diri. Hasil dari perkembangan ini berdampak kepada anak alasannya yaitu hasrat serta impian anak semata.
Teori psikoanalitik ini dipelopori oleh tokoh-tokoh menyerupai :
Teori psikososial milik Erik Erikson
Teori yang dikemukakan oleh Erikson, melihat perkembangan anak berdasarkan impian maupun hasrat untuk berinteraksi serta bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Keinginan maupun hasrat untuk berinteraksi ataupun bersosialisasi tanpa dissadari akan membantu tumbuh kembang anak dalam tingkatan emosional, dimana anak akan mempunyai rasa tenggang rasa dan simpati terhadap rekan anak tersebut.
Adapun teori Erikson ini dikelompokkan menjadi delapan tahap perkembangan anak:
Tahap perkembangan kepercayaan vs ketidakpercayaan
Tahapan ini terjadi dari awal anak gres lahir sampai anak berusia 18 bulan, ditahapan ini Erikson menyatakan bahwa tingkat kepercayaan ataupun ketidakpercayaan anak tergantung bagaimana kita memperlakukan anak, sehingga akan mengakibatkan kepada tingkat tust atau mistrust anak terhadap apa yang memperlakukan anak tersebut.
Ditahapan ini akan berdampak kepada perkembanagan anak sampai mereka sampaumur nanti atau dalam jangka waktu yang panjang, jadi pada tahapan ini anak akan mempercayai setiap orang yang memenuhi setiap kebutuhannya, sehingga nilai kepercayaan anak terhadap orang tersebut akan secara tanpa disadari akan tumbuh dengan sendirinya dan begitu juga sebalaiknya, bila anak mengalami hal-hal yang mereka tidak inginkan dari perlakuan kita maka tingkat ketidakpercayaan anak akan tumbuh dan lebih memungkinkan akan terbawa dalam rentan waktu yang lama.
Tahap perkembangan kemandirian vs keraguan
Tahapan ini berlangsung sehabis melewati tahapan perkembangan kepercayaan vs ketidakpercayaan, yaitu ketika anak berusia 18 bulan sampai tiga tahun. Pada tahapan ini berdasarkan Erikson bahwa bila anak mendapatkebebasan untuk mengeksplorasi imaginasi serta ekspresi diri anak, maka nilai kepercayaan diri ataupun otonomi anak akan meningkat. Sehingga anak sanggup menemukan jati diri mereka dalam dunia bawah umur tersebut, dan berdampak kepada psikologi anak terutama dalm segi berani melaksanakan hal-hal yang mereka inginkan, ataupun berani mengungkapkan apa yang bawah umur ingin tahu tanpa ragu dan takutmengungkapkannya kepada orang yang mereka anggap mereka percaya. Akan tetapi akan berbanding terbalik terhadap perkembangan psikologi anak bila kita membatasi anak dalam mengeksplorasi imaginasi mereka serta membatasi anak dalam melaksanakan hal-hal yang anak inginkan, hal ini akan berdampak kepada tingkat ketidakpercayaan diri anak, serta anak akan ragu serta takut dalam melaksanakan segala hal alasannya yaitu keterbatasan yang diberikan oleh orang bau tanah mereka.
Kaprikornus ada baiknya sebagai orang tua, mendukung serta membimbing anak ketika memasuki tahapan ini. Jikapun ada hal serta perlakuan yang akan berdampak kepada hal-hal yang membahayakan anak, disinilah tugas penting kita sebagai fasilitastor untuk terus memonitoring perkembangan anak sehingga mempunyai impian untuk mengeksplorasi serta mengimplemantasi setiap imaginasi mereka melalui dunia anak terebut.
Pada tahapan ini sangat perlu bagi kita untuk menawarkan klarifikasi yang sederhana kepada anak bila anak melaksanakan hal-hal yang berbahaya untuk keselamatan mereka, tanpa harus memarahi mereka ataupun membatasi mereka. Dengan begitu anak akan mempunyai keberanian serta kepercayaan diri dalam mempertanyakan hal-hal yang mereka ingin ketahui.
Tahapan perkembangan inisiatif vs rasa bersalah
Tahapan perkembangan ini, berdasarkan Erikson akan berlangsung pada masa pra sekolah atau pada anak usia 3 tahun sampai 6 tahun. Pada tahapan ini anak akan melaksanakan segala sesuatu atas dasar rasa ingin tau mereka dengan mencoba hal-hal gres berdasarkan inisiatif. Perkembangan ini akan berdampak kepada tumbuhnya rasa tanggung jawab yang akan dimiliki oleh anak tersebut, jadi tidak heran bila kita menemukan anak kita yang memasuki usia perkembangan ini sangat aktif dan terkadang berada diluar kontrol.
Hal ini merupakan hal yang sangat wajar, jadi sebagai orang bau tanah dibutuhkan monitoring atas apa yang mereka lakukan akan tetapi tidak melarang. Monitoring ini mempunyai tujuan untuk mengarahkan anak atas perbuatan yang mereka lakukan, kita bisa ambil pola ketika anak sudah mulai bisa memakai sepeda, terkadang anak bermain sepeda dengan inisiatif menyerupai menanjakkan sepeda ke halaman rumah, atau bermain sepeda dengan kebut-kebutan, hal tersebut mereka lakukan tanpa memikirkan akan dampak yang akan ditimbulkan dari perbuatan tersebut. Terkadang mereka akan mengalami jatuh dari sepeda alasannya yaitu akhir dari yang mereka lakukan, nah disini tugas penting kita dibutuhkan, bahwa menawarkan pengertian kepada anak bahwa bila jatuh dari sepeda yaitu sakit bahkan sampai luka.
Dalam menawarkan kode akan dampak yang mereka perbuat ada baiknya lakukan dengan kalimat sederhana, menyerupai ketika mereka jatuh dan terluka ada baiknya kita bertanya ke mereka perihal bagaimana jatuh dan apa yang dirasakan dari akhir jatuh tersebut, kemudian kita masukkan kalimat pencegahan supaya anak tidak mengulangi perbuatan tersebut, sehingga anak akan lebih bertanggung jawab akan apa yang mereka perbuat.
Perlu diketahui bahwa anak yang terlalu berinisiatif, maka anak tersebutcenderung tidak akan memperdulikan bimbingan yang diberikan kepada anak, begitu juga sebaliknya bila anak mempunyai persaan terlalu bersalah, maka anak akan pasif dan tidak melaksanakan hal yang seharusnya dilakukan pada tahapan ini, alasannya yaitu anak tersebut berusaha untuk menghidar dari melaksanakan kesalahan. Kaprikornus sangat penting kita memiiki pola asuh yang bijak dalam menghadapi tahapan perkembangan menyerupai ini.
Tahapan perkembangan semangat vs rasa rendah diri
Tahapan perkembangan ini, sanggup berlangsung ketika anak berusia 6 tahun sampai 12 tahun atau bisa diketegorikan ketika anak masuk usia sekolah dasar. Pada perkembangan ini anak akan mempunyai semangat yang tinggi untuk menyebarkan energi mereka untuk mengasah intelektual serta imaginasi mereka, disini tugas penting yang harus dilakukan oleh orang bau tanah yaitu menawarkan motivasi serta dorongan supaya anak mempunyai prestasi menyerupai yang mereka inginkan.
Energi serta semangat yang mereka sanggup dari motivasi serta dorongan tersebutlah yang akan berdampak kepada prestasi-prestasi yang sangat positif, dan sangat tidak perlu untuk membandingkan anak dengan teman sebayanya walupun dalam sebuah keahlian khusus sekalipun. Karena bila hal tersebut terjadi energi serta semangat dari anak akan menurun bahkan berakibat kepada rasa rendah diri mereka dengan semua yang kita bandingkan.
Butuh kearifan dalam memompa motivasi ataupun bentuk dukungan sehingga anak mempunyai energi serta semangat dalam pengembangan diri mereka terutama dalam hal prestasi tersebut.
Tahapan perkembangan identitas vs kebingungan identitas
Pada tahapan perkembangan ini, berdasarkan Erikson akan terjadi ketika anak berusia 12 tahun sampai 18 tahun. Tahapan ini bisa dikatakan sebagai tahapan masa anak memasuki sekolah menengah sampai atas, pada masa ini merupakan tahapan peralihan masa anak menuju masa dewasa. Pada umumnya anak akan melaksanakan segala hal untuk mendapat jati dirinya, masa perkembanagn ini merupakan masa yang paling rawan terhadap prilaku anak, alasannya yaitu anak akan melaksanakan banyak hal baik itu dalam segi positif maupun segi negatif agarmendapat legalisasi dari kelompok maupun lingkungan sekitarnya.
Dalam tahapan ini kontroling serta monitoring orang bau tanah sangat dibutuhkan melalui komunikasi yang terbuka dan menciptakan anak merasa ada penghargaan diri, dengan demikian setidaknya anak akan terbuka kepada kita atas segala hal yang dijalani. Banyak kegagalan yang kita hadapi dari tahapan ini yang mengakibatkan anak mempunyai abjad yang negatif, dan bersembunyi dibalik orang bau tanah mereka. Hal ini dikarenakan kurang ada ikatan jalinan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, sehingga anak akan mencari legalisasi diri mereka tanpa bisa kita monitor.
Apalagi dengan perkembangan zaman menyerupai kini ini, banyak kita temukan bawah umur sudah mulai merokok, mulai berpacaran melewati batas kewajaran, sampai hal-hal yang bersifat negatif. Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan anak pada masa ini juga banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi menyerupai mudahnya dalam pengaksesan internet, sehingga anak gampang mendapat rujukan yang terkadang akan menjerumuskan mereka tanpa mereka sadari dampak yang akan ditimbulkan dari perbuatan mereka.
Dari tahapan-tahapan diatas, Erikson juga mengungkapkan 3 tahapan selanjutnya yaitu, tahapan masa muda sampaumur yang akan belangsung pada usia 18 tahun sampai 30 tahun, tahapan masa sampaumur menengah yang akan berlangsung pada usia 30 tahun sampai 65 tahun dan tahapan sampaumur tamat yang akan berlangsung pada usia 65 tahun keatas.
Teori psikoseksual milik Sigmund Freud
Menurut Sigmund Freud, kemunculan setiap tahapan psikoseksual dan sebagaian bentuk dari prilaku yang terjadi di setiap tahapan dikendalikan oleh faktor-faktor genetik, sedangkan isi dari tahapan-tahapan tersebut berbeda –beda tergantung kepada kebudayaan daerah terjadinya perkembangan tersebut.
Sigmund Freud beropini bahwa pada perkembangan anak mencakup tahapan-tahapan psikoseksual seperti:
Tahapan psikoseksual oral
Tahapan ini terjadi pada semenjak anak lahir sampai anak berusia 1 tahun, pada perkembangan ini anak akan mencicipi kenikmatan yang bersumber dari mulutnya, dan sumber kenikmatan yang didapat bisa berupa makanan yang diberikan kepada anak. Menelan serta menggit yaitu bab dari kenikmatan yang dirasakan anak pada tahapan psikoseksual oral ini, dan masa perkembanagn ini sangat membutuhkan santunan atau ketergantungan terhadap orang lain.
Tahapan psikoseksual anal
Tahapan ini terjadi ketika anak berusia 1 tahun sampai 3 tahun, pada masa atau tahapan perkembangan ini lanjuta dari tahapan oran dimana anak akan memilih perihal pengaturan atas suatu inpuls instingtual oleh pihak lain. Seperti pola anak akan melaksanakan reflex terhadap sisa makanan yang menumpuk di bab ujung bawah dari usus dan akan dikeluarkan apabila terjadi tekanan terhadap otot lingkar dubur. Pembiasaan akan kebersihan ini akan mempunyai efek terhadap pembentukan sifat-sifat dan nilai-nilai khusus.
Tahapan psikoseksual phalik
Tahapan ini akan berlangsung pada ketika anak berusia 3 tahun sampai 5 tahun, tahapan ini merupakan tahapan perkembangan kepribadian yang menjadi sentra dari dinamika perasaan-persaan seksual dan agresifitas yang banyak berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genetikal.
Tahapan psikoseksual laten
Tahapan ini terjadi pada anak usia sekolah dasar yaitu ketika anak berusia antara 5 atau 6 tahun sampai 12 tahun. Anak yang memasuki tahapan ini akan mengalami masa awal puberitas, dimana pada tahapan ini merupakan masa tertahannya dorongan seks secara agresif. Selama memasuki tahapan ini anak akan menyebarkan kemampuannya dalam prestasi.
Tahapan psikoseksual genital atau kelamin
Pada tahapan ini bisa dikatakan sebagai tahapan anak memasuki remaja, dimana anak akan mendapat kepuasan dari stimulasi dan manupulasi dari tubuhnya sendiri. Sehingga pada masa tersebut banyak kita dapati anak sudah mulai mengerti dengan dunia perawatan dan penampilan, dengan tujuan kepuasan diri sendiri serta menarik perhatian dari orang lain.
Bahkan dalam media sosial, tidak sedikit kita temukan anak pada masa perkembangan ini dengan besar hati memperlihatkan kemolekkan badan mereka serta gaya berpacaran yang bahwasanya tidak atau kurang sesuai dengan kebudayaan leluhur kita. Disini tugas penting orang bau tanah untuk memonitoring lebih intensif serta membuka kedekatan terhadap anak, sehingga hal-hal yang kita tidak inginkan tidak terjadi kepada anak kita.
Teori Perkembangan Psikologi Anak Berdasarkan Teori Kognitif
Kognitif merupakan salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan, dimana proses intelektual yang terdiri dari tahapan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, serta sintesa menghasilkan kemampuan rasional anak. Teori perkembangan anak ini merupakan kebalikan dari teori psikoanalsisi. Teori kognitif ini mendeskripsikan proses perkembangan yang berlangsung dengan disadari atau conscious, dan teori ini umumnya dibagi menjadi:
Teori perkembangan kognitif Jean Piaget
Pada teori ini, anak akan berusaha membangun pemahaman perihal dunia mereka melalui tahapan-tahapan berdasarkan usia mereka, seperti:
- Saat anak berusia gres lahir sampai anak berusia 2 tahun, pada usia ini anak akan memasuki tahapan sensorimotorik, yaitu anak akan mencoba mambangun pengenalan perihal dirinya melalui pengalaman berupa sensorik dan motorik ataupun gerak secara fisik, menyerupai anak akan mencari rangsangan melalui sinar lampu maupun suara, anak juga suka memoerhatikan sesuatu yang menarik perhatiannya dalam waktu yang relatif usang dan sebagainya.
- Saat anak berusia 2 tahun sampai 7 tahun, pada masa ini anak akan memasuki tahapan praoperasi. Dimana pada masa ini anak akan banyak melaksanakan implemntasi terhadap gerakan dan komunikasi kata, menyerupai anak akan banyak mengukapkan kata-kata alasannya yaitu pada masa ini anak mempunyai lumbung kosa kata, serta anak akan menciptakan gambar-gambar. Kaprikornus pada tahapan ini kita akan temukan anak suka mencoret tembok, bahagia menggambar dan sebagainya.
- Saat anak berusia 7 tahun sampai 11 tahun, pada masa ini anak akan memasuki tahapan budi secara logis. Pada tahapan ini anak sudah sanggup menarik kesimpulan, menafsirkan serta menyebarkan hyptesa. Dimana pada tahapan ini anak sudah bisa berfikir secara sistematis dan efektif serta berfikir secara proporsional.
- Saat anak berusia 11 tahun sampai anak memasuki usia dewasa, pada masa ini anak akan berada pada tahapan operasi formal, dimana anak sudah sanggup berfikir secara logis dan idealis.
Teori perkembangan kognitif sosio budaya
Teori ini dikembangkan oleh Lev Vygotsky (1896-1934), dan teori ini banyak menekankan kepada bagaimana proses perkembangan mental menyerupai ingatan, perhatian dan daypikir yang melibatkan pembelajaran yang anak temukan berdasarkan lingkungannya. Dalam artian bahwa Lev Vygotsky beropini bahwa perkembangan anak sebagai aspek yang tidak terpisahkan dari acara sosial dan budaya.
Perkembangan anak secara kognitif sosio budaya lebih banyak menekankan kepada tugas orang sampaumur serta orang lain dalam mempermudah perkembangan si anak. Dimana perkembangan ini banyak menitik beratkan kepada bagaimana anak mempunyai ingatan perihal apa yang di sanggup dari lingkungan sekitar.
Teori kognitif sosio budaya agak sedikit mempunyai perbedaan dibandingkan teori kognitif Piaget, alasannya yaitu berdasarkan Lev Vygotsky perkembangan kognitif anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa, sedangkan berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget menyatakan bahwa anak akan menjelajahi dunianya sendiri serta sanggup membentuk citra realita batinnya sendiri.
Demikian goresan pena perihal ‘Perkembangan Psikologi Anak Berdasarkan Teori para Ahli’, semoga sanggup menawarkan komplemen rujukan perihal perkembangan anak berdasarkan pakarnya. Terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca goresan pena yang terdapat pada blogduniaanakindonesia.blogspot.com.
0 Response to "Perkembangan Psikologi Anak Menurut Teori Para Ahli"
Post a Comment