Graft Rejection Syndromes

Sindrom Rejeksi Graf saat keahlian dan frekuensi praktek klinis transplantasi organ padat berkembang, fokus pada prosedur dan penanganan selanjutnya untuk rejeksi graft dapat tumbuh. Jaringan yang umumnya di transplan ialah ginjal, hati, jantung, paru-paru, dan kornea. Transplantasi sumsum tulang merupakan transplantasi unik alasannya ialah sistem imun peserta (host) transplantasi mengalami supresi secara faktual dan respons termediasi-imun dapat terjadi bila sel dalam sumsum tulang yang ditransplan bereaksi melawan antigen peserta transplantasi.
Insidensi rejeksi graf telah berkurang secara signifikan dengan kemajuan teknik screening yang sesuai dan pengaturan imunosupresif
Sindrom Rejeksi Graf bisa dibagi menjadi tiga sub tipe menurut serangan dan prosedur yang terlibat.
50% pasien transplan mengalami rejeksi akut (hanya 10% darinya berkembang kehilangan graf) yang dapat terjadi beberapa jam hingga beberapa hari sehabis transplantasi. Insidensi rejeksi akut telah berkurang secara signifikan berkat keberhasilan penggunaan imunosupresan, contohnya cyclosporine (sandimmune) dan azathioprine (imuran). Insidensi kehilangan graf telah berkurang berkat terapi antirejeksi terbaru.
Rejeksi kronis muncul di 50% pasien transplan dalam waktu 10 tahun sehabis transplantasi. Rejeksi bentuk ini ditandai dengan perkembangan oklusi luminal pembuluh darah akhir penebalan progresif lapisan intimal dinding arterial medium dan besar.
Rejeksi hiperakut muncul dalam waktu beberapa menit hingga beberapa hari sehabis transplantasi graf. Rejeksi tipe ini sudah jarang terjadi dan menyerang kurang dari 1% resipien transplan berkat kemajuan scrrening pratransplan.


saat keahlian dan frekuensi praktek klinis transplantasi organ padat berkembang Graft Rejection Syndromes

Penyebab Sindrom Rejeksi Graf
- Respons imun terhadap graf

Tanda dan Gejala Sindrom Rejeksi Graf
- Bervariasi secara nyata, tergantung pada tipe rejeksi, penyakit mendasar, dan tipe organ yang di transplan
- Edema dalam jantung
- Gagal jantung
- Hipotensi
- Perkembangan disfungsi organ secara cepat maupun bertahap, contohnya oliguria dan kenaikan kadar nitrogen urea darah dan kreatinin serum dalam ginjal

Uji Diagnostik
- Biopsi jaringan yang di transplan
- Jaringan dalam rejeksi akut menawarkan wilayah fokal infiltrasi perivaskular leukosit, yang menyebarluas ketika proses berkembang. Akhirnya terlihatlah distorsi jaringan, nekrosis selular, dan debris
- Di rejeksi kronis, pembuluh graf secara terperinci menawarkan penebalan dinding yang dapat mengalami oklusi dan fibrosis interstisial difusi terlihat menyolok. Infiltrasi leukosit biasanya ringan atau tidak ada
- Jaringan graf yang mengalami rejeksi hiperakut ditandai dengan banyaknya leukosit polimornuklear dalam pembuluh darah graf, mikrotrombi yang menyebar luas, akumulasi keping darah, dan hemoragi interstisial. Inflamasi interstisial ringan atau tidak ada
- Kadar transminase naik
- Kadar albumin turun

Tindakan Penanganan
- Manajemen pasien transplan melibatkan perawatan postoperatif sehabis transplan, pemantauan fungsi organ graf secara seksama, terapi imunosupresif untuk mencegah dan mengontrol rejeksi akut, dan pengamatan dengan tindakan profilaktik melawan jerawat oportunistik
- Metode utama untuk mengelola rejeksi hiperakut ialah pencegahan. Menghindari kombinasi donor-resipien beresiko tinggi dan memakai screening pratransplan menyeluruh untuk antibodi reaktif-silang penting dilakukan. Jika terjadi reaksi rejeksi hiperakut tidak ada agens farmakologis yang dapat menghentikannya hingga organ donor lain ditemukan, rejeksi hiperakut dikelola secara suportif.

Info artikel menarik lain silahkan baca mengenai penyakit Gout (Gouty Arthritis), untuk info Alat Kedokteran & Kesehatan silahkan kunjungi www.duniaalatkedokteran.com.

0 Response to "Graft Rejection Syndromes"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel